Setelah program pemerintah dijalankan, dengan menarik subsidi minyak tanah dan melakukan konversi ke pemakaian gas Elpiji, justru membebani dan rakyat kecil. Betapa tidak, harga minyak tanah semakin melambung tinggi, meskipun subsidi tabung dan kompor gas sudah diberikan pada masyarakat, namun subsidi tersebut masih belum merata. Masih ada masyarakat yang tidak mendapat jatah subsidi tersebut. Belum lagi harga gas Elpiji yang kian hari kian merangkak naik perkilonya, dan bagi pedagang makanan atau pengusaha warung yang semula memakai kompor “MiNah” harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengganti kompor mereka menjadi kompor elpiji yang layak pakai dan aman. Karena kompor subsidi yang diterima mutunya sangat rendah. Disamping itu tabung gas yang diperoleh dari subsidi relatif kecil daya tampungnya hanya 3 Kg, sedangkan kebutuhan melebihi dari kapasitas tersebut, dan mau tidak mau mereka harus membeli tabung gas yang lebih besar.
Di lapangan yang semula tabung gas dengan kapasitas 15 Kg seharga 200 ribu rupiah sampai 300ribu rupiah, sekarang menjadi 550 ribu sampai tertinggi 750ribu rupiah. Sungguh fenomena yang menakjubkan dan sangat fantastis sekaligus gila...... Alasan penjual tabung gas tersebut karena terjadi kelangkaan pasokan tabung gas. Alasan ini sering kita dengar jika ada suatu gejolak pasar, lantas siapa yang bermain dibelakang semua ini.
Kondisi ini jelas sangat merugikan rakyat, terutama pedagang kecil yang kelangsungan usahanya tergantung pada bahan bahan bakar minyak dan gas. Apakah dampak seperti ini sudah diperkirakan oleh pemerintah sebelumnya, karena secara tidak langsung akan membunuh usaha rakyat kecil. Sampai-sampai pas saya lagi nyari informasi harga tabung gas elpiji ada yang bilang “negara ini enaknya dibubarkan aja..., mosok kabeh rego mundak terus (semua harga kok naik terus)!””.... Mungkin ungkapan ini merupakan bentuk kekesalan rakyat kecil yang selalu jadi korban kebijakan-kebijakan yang entah siapa yang diuntungkan.
Di lapangan yang semula tabung gas dengan kapasitas 15 Kg seharga 200 ribu rupiah sampai 300ribu rupiah, sekarang menjadi 550 ribu sampai tertinggi 750ribu rupiah. Sungguh fenomena yang menakjubkan dan sangat fantastis sekaligus gila...... Alasan penjual tabung gas tersebut karena terjadi kelangkaan pasokan tabung gas. Alasan ini sering kita dengar jika ada suatu gejolak pasar, lantas siapa yang bermain dibelakang semua ini.
Kondisi ini jelas sangat merugikan rakyat, terutama pedagang kecil yang kelangsungan usahanya tergantung pada bahan bahan bakar minyak dan gas. Apakah dampak seperti ini sudah diperkirakan oleh pemerintah sebelumnya, karena secara tidak langsung akan membunuh usaha rakyat kecil. Sampai-sampai pas saya lagi nyari informasi harga tabung gas elpiji ada yang bilang “negara ini enaknya dibubarkan aja..., mosok kabeh rego mundak terus (semua harga kok naik terus)!””.... Mungkin ungkapan ini merupakan bentuk kekesalan rakyat kecil yang selalu jadi korban kebijakan-kebijakan yang entah siapa yang diuntungkan.